Ada sebuah konsep yang dalam yang harus dipahami oleh setiap orang yang mempelajari sejarah Bahá’í, yaitu bahwa Agama Tuhan mengalami kemajuan melalui serangkaian krisis dan kemenangan. Kekuatan kebodohan, ketidakadilan, kekejaman dan kefanatikan terus-menerus menyerang masyarakat Bahá’í dan menyebabkan krisis. Namun setiap kali, sesuai dengan Kehendak Tuhan, kekuatan kegelapan itu dikalahkan dan hasilnya adalah kemenangan. Agama bergerak dari krisis menuju kemenangan, yang kemudian menuju krisis yang menuju kemenangan, dan tidak ada kekuatan di dunia yang mampu menghentikan kemajuannya.

Misi singkat Sang Báb telah mengalami urutan seperti itu. Namun demikian, pengamat awam akan menganggap bahwa krisis yang terakhir ini tidak akan dapat diatasi: Sang Báb telah dimatisyahidkan. Ribuan pengikut-Nya dibunuh dalam suatu pembantaian yang kekejamannya tak terlukiskan. Murid-murid-Nya yang paling terkemuka telah dimatisyahidkan, dan satu-satunya Orang Yang dapat membangkitkan harapan sedang dibelenggu dalam penjara bawah tanah yang gelap gulita. Ini benar-benar suatu krisis yang parah, namun kemenangan yang mengikutinya sangatlah gemilang.

Dalam penjara Síyáh-Chál, Tuhan memberi tahu kepada Bahá’u’lláh Kedudukan-Nya yang agung. Dalam keadaan diliputi kesedihan, menghirup udara yang paling busuk, kaki-Nya dipasung, dan leher-Nya dibebani rantai yang besar, Bahá’u’lláh menerima getaran pertama dari Wahyu Tuhan dalam jiwa-Nya. Dalam keadaan yang parah itu, “Roh Teragung” memperlihatkan diri kepada-Nya, menyuruh-Nya untuk bangkit dan menyerukan Firman Tuhan.

Kadang-kadang Ia merasa seolah sesuatu mengalir dari ujung kepala-Nya ke dada-Nya, seperti curahan hebat yang jatuh ke bumi dari puncak gunung yang tinggi. Ia melihat Bidadari Surga melayang di hadapan-Nya, berbicara pada wujud batin dan lahir-Nya, menyebut Dia sebagai Yang Terkasih bagi seluruh alam, Keindahan Tuhan, dan kekuatan kedaulatan Tuhan. Ia diberi jaminan akan menang melalui diri-Nya sendiri dan melalui Pena-Nya, serta melalui bantuan orang-orang yang akan dibangkitkan Tuhan.

Demikianlah, dari balik kegelapan Lubang Hitam terbitlah Matahari Kebenaran. Janji Sang Báb telah dipenuhi. Wahyu Bahá’í dilahirkan. Namun Bahá’u’lláh tidak memberi tahu siapa pun tentang apa yang telah terjadi. Beliau menunggu saat yang ditentukan, yang ditetapkan oleh Tuhan, untuk mengumumkan Misi-Nya.